Pernahkan kalian ditanya oleh orang lain, entah itu keluarga, saudara, atau teman, mengenai hal apa saja yang membuat kalian bahagia? Apabila pernah, maka apakah kalian dapat menjawabnya dengan mudah? Atau mungkin, kalian sama bingungya dengan diriku? Apakah penting mengetahui hal-hal membahagiakan tersebut? Ok, izinkan aku untuk cerita sedikit pengalamanku mengenai hal tersebut. Kali ini, diriku tak berniat untuk beropini, memberikan solusi, atau semacamnya, karena hingga tulisan ini dibuat, aku masih belum mengetahui dan sedang mencari jawaban atas kegelisahan dan kegundahan hatiku.
Jadi, pada suatu hari, aku dan kawan-kawan lamaku hendak meet up di suatu tempat yang tidak seberapa jauh dari tempat tinggalku. Jujur, diriku jarang sekali hang out dengan teman-teman karena satu dan dua alasan, yang tidak bisa kuceritakan di sini. Bukan karena tidak suka, lebih kepada ketakutan yang berlebihan terhadap objek yang sudah sekian lama menghantuiku dan sedikit merubah kepribadianku. Ya begitulah, panjang ceritanya 😅. Ok, kembali ke laptop. Kuputuskan untuk berangkat tepat waktu (sesuai dengan yang kami rencanakan), namun seperti biasa, kata peribahasa: tak ada meet up yang tak ngaret. Alhasil, aku datang (relatif) terlalu dini. Jadi, hanya diriku sendiri yang sudah berada di tempat. Tahukah kalian apa yang ada di pikiranku saat itu, ibarat mengerjakan soal matematika tersulit di dunia, ya, aku bingung setengah mati apa yang harus aku lakukan. Apakah harus menunggu di kendaraan, atau masuk dulu ke tempat makan tersebut, apabila telah diputuskan untuk masuk, maka apakah aku harus memesan dulu, memesankan teman-teman lainnya, ataukah hanya diam saja tidak melakukan apa-apa. Apabila diam saja, bagaimana tanggapan orang-orang yang ada di dalam rumah makan tersebut. Sebegitu njelimetnya isi pikirku saat itu, hingga akhirnya aku memutuskan untuk masuk dahulu ke tempat makan tersebut dan memikirkan langkah selanjutnya kemudian.
Baiklah, akhirnya aku memberanikan diri untuk mmebuka pintu, melangkahkan kaki, yang kemudian seluruh tubuhku sudah berada dalam tempat tersebut. Tidak ada pramusaji yang menyambutku ataupun orang-orang yang sudah lebih dulu masuk menatapku. Ok, sejauh ini aman. Kupilih tempat duduk yang paling bisa kujangkau, kemudian duduk dan berpura-pura bermain HP demi menutupi kebingunganku saat itu. Tak lama kemudian, seorang pramusaji datang sembari memberikan menu. Kuambil menu tersebut dan berpura-pura akan memilih makanan, padahal yang aku lakukan hanya membolak-balik lembaran yang sama😖 . Haduhhh, apa yang harus aku lakukan, kawan-kawanku tak kunjung datang, apakah aku harus memesan dahulu? Pramusaji tersebut terus menatapku. Untungnya, ada salah seorang pengunjung yang memanggil pramusaji tersebut karena ingin menambah pesanan. Syukurlah, jantungku bisa sedikit melambatkan lajunya. Tak lama kemudian, kawan-kawanku datang satu demi satu. Kami mengobrol banyak hal dan menurutku (walaupun tidak semua obrolan bisa kupahami), aku sangat menikmatinya. Ada yang membicarakan perihal pekerjaan, ada yang dalam waktu dekat ini akan menikah, dan masih banyak lagi. Sungguh pembicaraan yang berbeda 180 derajat dengan sewaktu kami masih Sekolah Menengah Atas.
Tahukah kalian, di tengah-tengah perbincangan kami yang begitu hangat, ada salah seorang teman, bak petir di siang bolong, menanyakan pertanyaan yang menurutku sangat di luar topik. Ketika pertanyaan tersebut dilontarkan, semua pandangan kawan-kawanku yang lain seketika tertuju padaku. Aku yang entah kenapa kesulitan dalam menjawab pertanyaan itu, semakin dibuat sukar dengan suasana yang berubah tiba-tiba menjadi dingin. Pertanyaan yang membuatku bingung itu adalah "Apa yang membuatmu bahagia?". Seketika aku terdiam, bukan karena tidak ingin menjawab, ataupun terlalu banyak opsi jawaban sehingga tak bisa kuutarakan satu per satu. Aku mematung karena memang kaget akan pertanyaan tersebut dan tidak tahu apa jawabannya. Tidak ada satupun yang pernah menanyakan hal serupa sebelumnya. Karena tak kunjung menjawab, akhirnya temanku (mungkin) berniat membantu mencarikan jawaban, "apakah kumpul-kumpul seperti ini membuatmu bahagia?" Ah... iya, bukankah tadi aku sangat menikmati perbincangan ini walaupun tak semua bisa kupahami. Apakah ini yang disebut "bahagia". Spontan diriku mengiyakan pertanyaan itu sambil mencari lagi apakah ada hal lain yang bisa membuatku bahagia. Tak lama kemudian, topik bahasan lain pun muncul, seketika menutupi ketidakmampuanku akan menjawab pertanyaan tersebut.
Hal yang ingin kusampaikan di sini adalah, setelah kejadian tersebut, aku semakin yakin bahwa diri ini sangat kurang mengenal diriku sendiri. Menurutku, mengenal diri sendiri adalah hal yang teramat penting, seperti mengetahui apa yang membuat diri kita bahagia, sedih, kelebihan, dan kekurangan diri. Benarkah selama ini aku tidak cukup bahagia? Apakah senyum yang biasa kutampilkan, wajah ceria yang selama ini selalu kubuat, dan tampilan-tampilan bahagia lainnya, adalah hal semu belaka? Apakah sebenarnya, selama ini aku hidup dikelilingi dengan kebahagiaan, namun belum "peka" dalam menerjemahkan hal tersebut? Hingga saat ini, aku masih mencari jawaban atas kebingunganku itu. Selama ini, ukuran bahagia menurutku adalah orang lain, senyumnya, tawa lepasnya, wajah cerianya, apapun yang menandakan bahwa orang lain tersebut bahagia, maka aku ikut bahagia. Ya, aku tahu aku salah mengartikan ini semua, salah karena kurang memperhatikan diri sendiri. Tapi, apa salah ketika bahagia melihat orang lain bahagia? Tentu tidak, bukan? Hanya saja, setiap hal di dunia ini pasti ada porsinya masing-masing. Bukankah bakso, ketika baksonya terlalu banyak hingga tak ada tempat lagi untuk kuahnya, sayurnya, gorengannya, dan bahan-bahan tambahan lainnya, juga kurang enak jika dinikmati? Bukankah tanaman ketika disiram air terlalu banyak malah jadi layu? Ah... sudahlah, PR ku hanya satu, yaitu mencari tahu apa itu bahagia, cara menerjemahkannya, dan bagaimana meletakkan sesuai dengan porsinya.
Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat. Jangan lupa bahagia...😄
Komentar
Posting Komentar